Memilih Syukur
Bersyukur itu mengakui kebajikan. Bersyukur mengandung makna berterima kasih kepada pihak yang telah berbuat baik atas kebajikan yang diberikannya. _Syakartullaha,_ berarti mensyukuri nikmat Allah. Lawan kata syukur adalah kufur, mendustakan atau mengingkari nikmat. _Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur_ (terj. QS al-Insan: 3).
_Syakur_ itu adalah derajat tertinggi dari hamba2NYA yang mau memilih dan terpilih hidup dalam kebersyukuran. Tak banyak yang memiliki kemampuan kuat untuk melihat atas nikmat yang ada. Rasa syukur benar-benar mendarah daging atas semua episode perjalanan hidupnya. _Dan sedikit di antara hamba-hambaKu yang syakur (berterimakasih)_(terj. QS Saba: 13).
AlQur'an banyak mengingatkan kita akan kenikmatan yang patut disyukuri dan ditampilkan melalui beragam redaksi, diantaranya:
Dan apa saja nikmat yang ada padamu dari Allah-lah datangnya (QS anNahl: 53)
Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, maka kalian tidak akan sanggup menghitungnya. (QS anNahl: 18).
Maka ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku (QS alBaqarah: 152).
Seringkali kita mengingat, memuji Allah hanya saat ada masalah menimpa, saat-saat sulit dan sempit dalam kehidupan. Namun pada saat lapang, bahagia, keceriaan dan kesenangan kita lupa sujud bersimpuh memuji-NYA, pujian ekspresi rasa syukur.
Terkadang hidup yang kita keluhkan adalah hidup yang sangat didambakan oleh orang banyak. Semoga kita mampu berupaya menjadi hamba _syakur,_ hamba yang tulus dan sadar mengucapkan terimakasih kepada Tuhan yang telah memberi kehidupan ini, serta mampu mengoptimalkan kemanfaatan nikmat2 yang ada kepada sesama makhlukNYA._Allahu a'lamu bishowab._
Ditulis oleh: Ustadz Ipmawan Muhammad Iqbal, M.Ag (Pembina Yayasan PPTQ Insan Qur'ani)
Post a Comment